Berdirinya kabupaten
Sragen melalui pengorbanan yang sangat dalam. Rasa cinta terhadap tanah
kelahiran membuat pejuang pada masa itu harus berusaha mati-matian untuk
mendapatkan hak di tanah kelahirannya.
Dari perjuangan inilah
sejarah akan berdirinya kabupaten Sragen di mulai. Hari berdirinya kabupaten
Sragen telah ditetapkan dengan tahun 1987, Perda Nomor 4. Tepatnya pada hari
Selasa Pon.
Pangeran Mangkubumi adik dari Sunan Paku Buwono II di Mataram sangat
membenci Kolonialis Belanda. Apalagi setelah Belanda banyak mengintervensi
Mataram sebagai Pemerintah yang berdaulat. Oleh karena itu dengan tekad yang
menyala Bangsawam tersebut lolos dari istana dan menyatakan perang dengan
Belanda.
Atas sikap adiknya tersebut Sunan PB II tidak tega kepada adiknya, tapi
karena sudah berhutang budi kepada Kompeni, beliau memberi bekal berupa Tombak
Pusaka Keraton “Kanjeng Kyai Pleret” dan uang secukupnya.
Dalam sejarah peperangan tersebut disebut peratag Mangkubumen
(1746-1757).Dalam perjalanan perangnya Pangeran Mangubumi dengan pasukannya
sampailah ke desa Pandak Karangnongko masuk tlatah Sukowati. Di desa ini
Pangeran Mangkubumi membentuk Pemerintahan Pemberontak Desa Pandak Karangnongko
dijadikan pusat pemerintahan Projo Sukowati dan beliau meresmikan namanya
menjadi Pangeran Sukowati serta mengangkat pula beberapa pejabat pemerintahan.
Karena secara geografis desa Pandak Karangnongko terletak di tepi Jalan
Lintas tentara Kompeni Surakarta – Madiun, pusat pemerintahan tersebut
dianggap kurang aman, maka kemudian dipindah ke Desa Gebang yang terletak
disebelah tenggara Desa Pandak Karangnongko. Sejak itu Pangeran Sukowati
memperluas daerah kekuasaannya serta memperkuat pasukannya dengan bahu membahu
bersama saudaranya Raden Mas Said dan Adipati dari Grobogan yaitu KRT Martopuro
dan beberapa kerabat yang bersimpati dengan perjuangan Pangeran Mangkubumi.
Pusat Pemerintahan Projo Sukowati yang ada di Desa Gcbang ini pun
akhirnya tercium oleh Kompeni Belanda yang bekerja sama dengan Kasunanan dan
akan mengadakan penyerangan ke desa Gebang. Pasukan Gabungan antara Kompeni dan
Pasukan dari Keraton Surakarta tersebut dipimpin oleh Patih Pringgalaya (Patih
dari PB II). Untung rencana tersebut diketahui oleh Petugas Sandi (Intetegent )
dan Pangeran Sukowati.Dengan berbagai pertimbangan maka Pusat Pemerintahan akan
dipindahkan ke Desa Jekawal.
Dalam proses boyongan dari Gebang ke Jekawal “(Tangen)” tersebut
melewati suatu Padepokan yang dipimpin oleh seorang kyai, yakni Kyai Srenggi.
Konon Kyai Srenggi ini adalah salah seorang Panglima Perang dari Sunan
Amangkurat di Kartosuro, yang sebetulnya bernama asli Tumenggung Alap-alap.Untuk menghilangkan jejak beliau berganti nama Kyai
Srenggi.
Pada saat Pangeran Sukowati singgah di padepokan tersebut oleh Kyai
Srenggi disuguhi Legen dan Polowijo.Pangeran Sukowati merasa sangat puas dan
beliau bersabda bahwa tempat tersebut diberi nama “SRAGEN” dari kata “Pasarah Legen” dan Kyai
Srenggi diberi sebutan Ki Ageng Srenggi. Setelah pusat Pemerintahan berada di
Jekawal maka Raden Mas Said diambil menantu oleh Pangeran Mangkubumi/Pangeran
Sukowati dikawinkan dengan putrinya bernama BRA Suminten.
Perlawanan Pasukan Pangeran Sukowati semakin kuat dan karena Kompeni
merasa terdesak kemudian membuat siasat memecah belah dengan mangadakan
Perjanjian Pelihan Negeri atau terkenal dengan Perjanjian Giyanti pada Tahun 1755 dimana Kerajaan Mataram dipecah
menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Jogjakarta dengan mengangkat
Pangeran Mangkubumi/Pangeran Sukowati menjadi Sultan Hamengku Buwono I.
Kemudian pada tahun I757 diadakan Perjanjian Salatiga dengan memecah Kasultanan Jogjakarta
menjadi Kasultanan dan Paku Alaman serta Kasunanan Surakarta menjadi Kasunanan
dan Mangkunegaran, dimana Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa) ditetapkan
menjadi Adipati Mangkunegoro I dengan mendapat sebagian wilayah Kasunan
(Wonogiri dan Karanganyar).
Sejak Pangeran Mangkubumi diangkat sebagai Sultan Hamengku Buwono VII
dengan Hamengku Buwono V, daerah sukowati menjadi kurang terurus karena jauh
dari pusat Pemerintahan Kasultanan Jogjakarta. Pada saat itu timbullah
perlawanan pemberontakan dari Madiun dan Ponorogo yang ingin menguasai wilayah
Sukowati dipimpin oleh Pangeran Ronggo Madiun. Untuk menanggulangi
pemberontakan itu Raden Tumengung Kartowiryo, salah seorang punggowo pasukan
Pangeran Mangkubumi di tugasi untuk menghadapi kraman/pemberontakan tersebut.
RT Kartowiryo berhasil menumpas pemberontakan Pangeran Ronggo Madiun, dan RT
Kartowiryo diangkat sebagai Bupati Penamping (wilayah perbatasan) di wilayah.
Pada tangga 17 September 1830, terjadilah perjanjian antara Paku Buwono
dengan Hamengku Buwono V, daerah Sukowati masuk wilayah Kasunanan Surakarta dan
Gunug Kidul masuk wilayah Kasultanan Jogjakarta.
Dalam Suatu Pisowanan Agung di Keraton Kasunanan Surakarta KRT
Kartowiryo dapat menyerahkan pusaka-pusaka keraton yang hilang saat perang
pecinan di Kartosuro yang berupa :
~ Satu tombak “Kanjeng Kyai Lindu Pawon”
~ Satu Keris “Kanjeng Kyai Nogososro” dan satu keris pusaka milik KRT Kartowiryo sendiri.
~ Satu tombak “Kanjeng Kyai Lindu Pawon”
~ Satu Keris “Kanjeng Kyai Nogososro” dan satu keris pusaka milik KRT Kartowiryo sendiri.
Karena sangat bergembira mendapatkan kenbali pusaka-pusaka yang sudah
lama hilang dan sebagai penghargaan atas jasa KRT Kartowiryo, maka sejak saat
itu daerah Sukowati diserahkan kepada KRT Kartowiryo sebagai daerah
“Perdikan”(daerah bebas pajak).
Pada tanggal 12 Oktobcr 1840 dengan Surat Keputusan Sunan PB VII yaitu
Serat Angger-angger Gunung, daerah yang lokasinya strategis ditunjuk menjadi
Pos Tundan, yaitu tempat untuk menjaga ketertiban dan keamanan lalu lintas
barang dan surat serta perbaikan jalan dan jembatan, termasuk salah satunya
adalah Pos Tundan Sragen. Setelah KRT Kartowiryo wafat, kedudukannya sebagai
Bupati Penamping digantikan oleh putra ke V yang nama kecilnya RM Sulomo.
Perkembangan selanjutnya sejak tanggal 5 juni 1847 oleh Sunan Paku
Buwono VIII dengan persetujuan Resident Surakarta Baron de geer ditambah
kekuasaannya yaitu melakukan tugas kepolisian dan karenanya disebut Kabupaten
Gunung Pulisi Sragen dan RM Sulomo yang diangkat menjadi Bupati Gunung Pulisi
Sragen dengan nama KRT Sastrodipuro.